New needs need new techniques. And the modern artists
have found new ways and new means of making their statements... the
modern painter cannot express this age, the airplane, the atom bomb, the
radio, in the old forms of the Renaissance or of any other past
culture - Jackson Pollock
Kamis, 28 Juni 2012
Minggu, 24 Juni 2012
Arcana - LA Lights Meet The Label
Minggu, 17 Juni 2012
Museum Radya Pustaka Solo
Saat langkahku tersendat
Kenanganmu penyejukku
Lentera kasih bekal darimu
Erat kugenggam diperjalananku
Bapak.......
Apa arti seribu hari dengan kenangan lewat mimpi?
Soesilo Hardjoprakoso
Jumat, 15 Juni 2012
Saya Setuju dengan Prinsip Animisme
Sebagai seorang yang mulai risih melihat 'kegundulan' yang berakibat pada naiknya suhu bumi ini saya mulai memikirkan apa yang salah dengan kita selain kelakuan kita yang pada dasarnya masih menyimpan dua sifat-sifat primitif sisa evolusi ini.
Setelah membaca beberapa literatur bisa dikatakan bahwa animisme adalah religi yang mengajarkan bahwa setiap benda-benda seperti pohon, gua, batu mempunyai jiwa yang harus dihormati dan mereka percaya bahwa dengan menyembah mereka berarti menghormati mereka.
Saya menulis artikel ini hanya berdasarkan rasa. Rasa ingin menggalakan prinsip yang diajarkan animisme yang menurut saya sangat baik dan relevan mengingat keadaan bumi yang kian hari kian meranggas karena menurut apa yang saya lihat ajaran setiap agama "menyayangi sesama makhluk" sekarang hanya menjadi jargon belaka.
Seperti kebanyakan kepercayaan lain yang muncul pada zaman dahulu kala. Animisme adalah religi yang 'ajarannya' sangat berhubungan dengan romantisme dan harmonisasi manusia dengan alam.
Pohon, batu, gua dll itu tidak lain tidak bukan adalah apa yang ada di alam. Hal ini bisa menjawab pertanyaan mengapa pada zaman dahulu masih banyak hutan-hutan lebat yang subur dan banyak dijumpai tumbuh di mana saja? Ya menurut saya semua itu karena mereka adalah penganut animisme. Orang-orang penganut animisme percaya bahwa setiap pohon, gua, batu dll mempunyai jiwa dan roh nenek moyang/leluhur yang harus dihormati maka mereka tidak akan pernah berbuat rusak kepada pohon, batu dll yang mereka anggap mempunyai jiwa leluhur mereka tersebut.
Secara tidak langsung mereka diberi batasan secara religi bahwa pohon-pohon itu tidak bisa ditebang sembarangan sesuka hati. Pohon-pohon itu adalah benda yang juga punya jiwa bahkan bisa jiwa leluhur mereka sendiri. Begitu juga dengan gua atau batu-batu mereka tidak bisa digunakan dirusak untuk tambang seenak udel kita sendiri.
Rasa sayang mereka terhadap pohon yang pada awalnya hanya untuk menghormati nenek moyang menurut saya lama kelamaan juga berubah menjadi rasa sayang yang benar-benar sepenuhnya sayang. Mereka juga mempercayai bahwa akan ada yang 'marah' dan memporak-porandakan keharmonisan kehidupan jika mereka tidak menghargai benda alam beserta jiwanya tersebut.
Saya mempunyai ide yang mungkin akan saya terapkan pada anak saya di masa depan. Terlepas dari pandangan tentang animisme sebagai religi orang-orang primitif. Alangkah baiknya jika prinsip yang animisme ajarkan tetap diajarkan sejak kecil walaupun mungkin dengan cara dan nama yang berbeda, prinsip animisme ini digunakan untuk langkah pencegahan supaya generasi muda jauh setelah kita (generasi anak saya) menjadi takut atau paling tidak sungkan dan enggan untuk menebang pohon, merusak gua apalagi dengan tujuan untuk eksploitasi ketika mereka sudah tahu uang kelak.
Sabtu, 09 Juni 2012
Soliter
Kesetiaan adalah hal yang tak perlu dipelajari tapi kau harus bisa! Agar hidupmu tidak rusak karena cinta.
Kesepian adalah hal yang butuh kau renungkan. Karena kadang dalam sepi bisa meledak sebuah mimpi.
Keramaian juga bukan hal yang harus kau hindari. Walaupun di dalam keramaian kau tetap merasa sepi karena kesetiaan yang mendadak pergi.
Kenyataan adalah apa yang sekarang kau pijak. Apa yang kamu hadapi dalam rangka membuatmu semakin bijak.
Puisi ini aku buat pagi-pagi. Di kala senggang sementara yang lain sudah tunggang langgang.
Melihat ceritanya itu. Kenyataannya adalah ketidakhadiran kesetiaan, membuatnya kesepian dan menjauh dari keramaian.
Dan Aku masih di kamar bermusikalisasi dengan puisi yang aku buat sendiri.
Teater - Pesta Para Pencuri 7 Juni 2012 LIP Yogyakarta
Ingin rasanya aku berteriak. Aku geram, aku ingin sekali menikmati tahun-tahun terakhir dalam hidupku. Aku ingin sedikit tertawa. Selama 60 tahun aku mengira bahwa hidup adalah sesuatu yang serius. Enam puluh tahun lama sekali rasanya. Tegar, aku ingin melakukan sesuatu yang edan. Hiburan untuk melepas kebosanan.
Aku mencintaimu meski tak kau sadari, aku lelah mengenalmu begitu dekat. Tatapan yang bagiku laki-laki. Nafasmu yang halus, genggaman tanganmu yang hangat, pelukan yang menenangkan. Kebohongan-kebohongan untuk menutupi kejujuranmu. Namun kau tak mungkin mampu menipuku. Seberapa keras kau buat naskah untuk sandiwaramu? Akan semakin mudah aku menebak apa yang ada dalam pikiranmu. Dan akhir cerita itu akulah yang menentukannya dengan sedikit memaksamu mengakui isi hatimu. Kau takluk pada mataku. Kau kalah karena cinta.
Labels:
Fotografi,
Stage Photography
Jumat, 08 Juni 2012
Sekoteng FIB - Perjaka dan Perawan Berdarah dalam Balada Uda dan Uni
Labels:
Fotografi,
Stage Photography
Senin, 04 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)