Ini bukan lagi tentang seorang perempuan bermata elang, bukan juga lagi tentang kehidupan yang belum jelas jejak darahnya, tapi bukan juga tentang malam jumat hitam yang sebentar lagi akan datang. Tapi ini tentang ribuan asa yang hendak menyeruak dari dalam roma. Rindu sudah tidak pantas disebut rindu. Begitu juga cinta.
Banyak mendapatkan, banyak kehilangan. Datang dan mati. Bertemu dan pergi. Ah, sudah biasa hidup seperti ini. Seperti biasa, seorang pasti akan datang tepat waktu dan pergi tepat waktu lagi. Penyesalanpun sebenarnya tidak selalu datang di akhir. Penyesalan selalu datang tepat waktu. Tepat di waktu di mana seseorang sedang perlu diingatkan tentang kisah cintanya yang terlalu naif, seorang yang terlalu tele sehingga tidak melihat pintu lain terbuka, atau seorang yang seolah melihat jurang tanpa jembatan dalam hubungan yang penuh rasa.
Aku menjadi sesederhana itu. Sesederhana tepat waktu. Hujan masih menjadi mesin waktu. Jendela masih jadi layar menuju biru dan aku tetap menjadi aku. Bukan karenamu bukan karenanya. Tapi karena aku.
Ternyata, rindu sudah tidak pantas disebut rindu. Begitu juga cinta.