Jumat, 30 Maret 2012

Sentimen - Primodial Is Me

Operasional Melemahnya Integrasi Menguatnya Primodial


Boaz Salosa, pemain sepakbola Indonesia yang selalu mangkir dengan alasan apapun jika diundang PSSI untuk masuk dalam skuad membela tim nasional Indonesia bahkan karena sifatnya ini dia hampir saja diberi sanksi oleh PSSI. Tetapi jika bermain untuk tim klub sepakbola yang dibelanya saat ini, Persipura Jayapura, striker hebat berumur 25 tahun ini selalu menyanggupi untuk bermain.
Contoh kasus Boaz di atas menurut saya adalah salah satu bentuk operasional dari melemahnya semangat integrasi dan disertai oleh menguatnya loyalitas serta solidaritas primodial. Primodial berasal dari bahasa latin primus yang artinya pertama dan ordiri yang artinya ikatan jadi primodialisme adalah paham memegang teguh semua paham baik berupa adat, tradisi, kebudayaan dan hal-hal yang dibawa sejak awal berlangsungnya proses sosialisasi.
Suku bangsa papua dan disintegrasi dari NKRI bukanlah suatu hal yang baru dan juga bukan persoalan yang terlihat akan segera padam. Perlawanan orang Papua yang menolak integrasi tidak hanya dengan gerakan besar seperti membentuk gerakan serupa gerakan Papua Merdeka tetapi juga bisa dengan perlawanan-perlawanan kecil yang ditunjukan oleh ‘orang terkenalnya’. Contohnya , seorang Boaz yang bersukubangsaan Papua yang enggan untuk membela tim nasional Indonesia karena orang Papua secara kebudayaan lebih senang menjadi “Papua” itu sendiri bukan menjadi “Indonesia”.
Sementara itu dalam ranah politik, munculnya pertanyaan mengapa sentimen primordial dapat berpengaruh kuat terhadap politik rakyat? Mengacu pada pernyataan Harold Lasswel mengatakan bahwa, “politics is who gets what, when and how”, yang menurut saya berarti lebih ke arah seorang atau kelompok yang mendapat kekuatan dan kesempatan yang lebih besar dan dominan dari yang lain. Kekuatan dalam arti kemampuan untuk membuat seorang/kelompok melakukan apa yang kita inginkan.
Jika sentimen primodial berada dalam ranah politik dan berhasil mendapat “kekuatan” tersebut maka disintegrasi dan gerakan separatisme suku-bangsa bisa menjadi semakin marak. Fenomena pasca-reformasi dengan munculnya beberapa Parpol yang bersifat kedaerahan dan berkesukubangsaan adalah contoh nyata kuatnya sentimen primodial pada politik negara ini. Masalah sentimen primordial yang lebih terikat pada persamaan etnis, aliran, ikatan darah dan berbagai bentuk sifat kedaerahan lainnya menjadi semakin kuat muncul pada proses pemilihan kepada daerah.. Berbagai konflik yang berdimensi etnisitas tersebut, kesemuanya itu akhirnya akan bermuara kepada disintegrasinya suatu Negara-bangsa (nation state), dengan tuntutan pembagian wilayah sehingga akan memungkinkan munculnya negara nasional baru yang lebih homogen (Hari Poerwanto,10).Persoalan ‘putra daerah’ ini tidak lain lebih disebabkan karena karakter masyarakat yang ada di daerah juga berbeda-beda etnis, aliran, ikatan darah dan agama, yang ternyata juga dapat mempengaruhi masyarakat untuk menentukan kepemimpinan di daerahnya, baik bupati atau wali kota maupun gubernur. Beberapa variabel seperti latar belakang etnis, status sosial ekonomi, golongan dan agama dapat menciptakan suatu polarisasi pilihan politik rakyat menjadi bersifat rasional emosional.


Daftar Pustaka

Wattie, A.M., Mundayat, A.A., Triratnawati, A., Poerwanto, H., Ahimsa-Putra, H.S., Laksono, P.M., Simatupang, L.L., Mulyadi., Kasniyah, N., Kutanegara, P.M., Semedi, P., Setiadi., Sairin, S., Gandarsih, T (2006). Esei-Esei Antropologi – Teori, Metodelogi dan Etnografi. Yogyakarta : Kepel Press.

Anonim (2011). Daftar Partai Politik di Indonesia. Dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_partai_politik_di_Indonesia, 10 Maret 2012

Anonim (2006). Keeping the Republic. Dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Harold_Lasswell CQ Press, 10 Maret 2012

Sumber gambar : http://dyfaim.blogdetik.com

Minggu, 25 Maret 2012

Penalty Drama



We always win. Epic is Antro. Antro is epic. Epic is epic
Photobucket

Sabtu, 17 Maret 2012

Good Morning Bird

What I really feel when I just woke up in the morning and there was nothing to 'eat'

Bukan Kamu Aku Terpana



Tentang malam dan keredupannya. Bersama gonggongan anjing dan derik tonggeret musim kawin. Datang  spontan suatu hal yang tiba-tiba mengusik. Orang bilang ini namanya bosan. Beranjak saja aku dari kamar ini. Aku geber motor entah ke mana tujuannya. Tak lupa kamera ini aku bawa. 

Duduk lah aku dipinggiran jalan Yogyakarta. Daerah mana aku tak tahu tepatnya. Sibuk aku meneropong lewat kameraku. Mengambill gambar sekenanya. Eh, sampai ada seorang dara muncul mendobrak mata. Putih, tinggi, bibirnya merah, rambutnya panjang, dada nya ada, pinggulnya seimbang. Semuanya sempurna tepat. Mata yang terdobrak tapi jiwaku ikutan jebol. Dalam bayanganku itu kamu. Wajahnya entah mengapa sudah berubah dari tadi. Aku hanya berani menatapnya yang terbayang kamu itu dari teropong kameraku. Setelah sejenak aku memberanikan diri untuk menatap lewat mataku sendiri. Aku kaget. Dari belakang ada lakinya datang memeluknya. 

Jarakku dengannya cuma delapan meter. Berbeda dengan aku dan kamu yang berpuluhan kilometer tapi aku bersyukur itu bukan kamu. Dan kamu sedang berkutat dengan apa yang aku tak tahu di sana.

Jumat, 16 Maret 2012

Anti-thief Parking Like A Boss


Because use a standard-stuff is too mainstream. Use the utility pole

Selasa, 13 Maret 2012

Selasa, 06 Maret 2012

Jejaring Sosial Tempo Hari

Facebook dan Twitter adalah salah satu situs jejaring sosial yang wajib dibuka setiap hari. Sudah tak bisa dipungkiri orang-orang Indonesia pengguna Facebook dan Twitter hampir setiap pagi mengecek notifikasi di halamannya. Tak sedikit dari mereka yang pada awalnya berjanji pada dirinya sendiri untuk 'sekedar ngecek', tapi ternyata berlanjut ke berbalas pesan dinding, menge-tweet atau bahkan chatting. 

Penulisan status di Facebook dan Twitter pun menjadi beragam. Dari pamer kesuksesan hidup, curahan hati, sarkasme untuk kekasih, kritik-kritik tak terbaca untuk penguasa hingga motivasi-motivasi untuk diri sendiri. Tak heran beberapa istilah populer barupun muncul. Istilah-istilah yang digunakan orang untuk memberi label pada pelaku-pelaku pengguna atau penulis status facebook yang berlebihan, terlihat bodoh, tidak penting dan mempunyai pikiran yang 'aneh' dalam arah yang negatif.

Sebagai contoh muncul istilah 'alay' yang disematkan kepada orang pengguna jejaring sosial yang kelebihan tenaga sehingga mereka menggunakan situ jejaring sosial ( dalam tulisan ini Facebook) secara berlebihan  seperti mengetik tulisan-tulisan yang tidak terbaca, memposting status yang aneh-aneh dan tidak penting bagi sebagian orang (teman facebooknya) dan tidak relefan lagi penggunaannya dengan fungsi sebenarnya dari situs jejaring sosial tersebut. 

Dewasa ini dari beberapa kali pengamatan saya telah muncul konflik tidak penting dari para pengguna situs jejaring sosial ini. Biasanya konflik berawal dari rasa ketidaknyamanan salah seorang pengguna yang secara sengaja ataupun tidak sengaja, mengenal atau tidak mengenal user lain yang berperilaku di Facebook atau Twitter seperti di atas. Sehingga user yang tidak nyaman tadi memutuskan untuk melakukan 'unfriend' atau 'unfollow' user yang membuatnya tidak nyaman ditambah dengan memposting kicauan atau status facebook yang menyatakan ketidaknyamanannya. Karena user yang di unfriend atau di unfollow merasa disindir dan ditinggalkan maka akhirnya mereka berbalas sindiran via status Facebook dan Twitter. Kelanjutan masalah ini biasanya hanya sampai salah satu dari mereka melakukan 'hack' pada salah satu akun user tadi. Bentuk hack itu bisa berupa mengganti password sehingga akun tidak bisa diakses lagi atau hanya sekedar memposting status yang iseng dan nakal. Ujung-ujungnya tiap user tadi hanya menggerutu lewat situs jejaring sosial mereka masing-masing dan sama-sama menjadi 'silent reader'. Tetapi sama sekali tidak ada pikiran dari salah satu dari mereka untuk melakukan pertemuan dalam rangka membicarakan dan menyelesaikan masalah tidak penting ini secara manusiawi di dunia yang nyata. Jika melihat sejarah dibuatnya Facebook dan Twitter, setelah melihat contoh kasus di atas, Facebook dan Twitter seperti kehilangan jati dirinya. 

Tetapi sebagai pengguna mereka juga tidak sepenuhnya salah. Ada asap pasti ada api. Semua ada sebab akibatnya. Pemicu mengapa mereka menjadi merasa bebas dalam menulis status karena pertanyaan yang muncul ketika kita hendak menulis status di Facebook adalah 'What's on your mind?'. Ini lah sebabnya penulis status menjadi semakin menggila dalam menulis statusnya. Bahkan tak bisa dipungkiri, setiap orang pasti pernah melakukan ini. Ketika hendak tidur terkadang kita membuat sebuah konstruksi 'film' tentang kehidupan ideal yang kita buat/bayangkan. Itupun akan ditulis di status ketika bangun di pagi hari.
Berbeda dengan Twitter, pertanyaan yang muncul adalah 'What's Happening?' jadi seharusnya kita berkicau tentang apa yang terjadi (sudah terjadi pada kenyataannya) dan lalu akan di retweet atau diberi tanggapan singkat oleh teman yang mengikuti kita. 

Selain menimbulkan konflik baru sebenarnya situs jejaring sosial macam ini akan menghasilkan banyak manfaat jika digunakan secara bijak. Kita bisa menggunakannya untuk mempererat hubungan kekerabatan, menjaga kontak bagi pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh, sebagai sarana promosi barang dagangan dll. Dari beberapa fungsi nyata tersebut ada salah satu contoh fungsi laten ketika Twitter bisa menyelamatkan nyawa seorang wanita bernama Gina di Afrika Selatan yang hendak bunuh diri. Orang bilang 'The Power Of Tweets' di mana wanita tersebut mengurungkan niatnya ketika membaca tweet dengan hastag #saveGina. Lalu Facebook bisa digunakan sebagai pengorganisir massa untuk penggalangan dana korban bencana, korban ketidakadilan HAM, gerakan penyelamatan situs purbakala atau situs warisan dunia yang hampir punah atau yang seharusnya dilindungi.

Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita menggunakan situs jejaring sosial secara bijaksana. Gunakanlah fasilitas dan kelebihan masing-masing situs jejaring sosial itu dengan maksimal sehingga akan memberikan manfaat yang baik pula.

Untuk para sastrawan facebook, tak usah banyak janji yang kalian tulis di setiap situs jejaring sosial itu. Cukup camkan dalam hati lalu jalankan. Paling tidak tertepati. Minimal untuk dirimu sendiri - Mawyb 2012