oldman on the bathroom by Picasso
Gelas itu sudah mulai
penuh. Dipenuhi dengan tetesan air hujan yang menembus atapku. Memang
tak ada niat buatku menyingkirkan gelas itu. Kunikmati saja tetes demi
tetesnya hingga air mulai meluap keluar dari gelas. Aku masih duduk di
kursi kecil sebelah meja.
Terlalu malas bagiku untuk menyingkirkan air
dari gelas, mungkin ini karena aku yang sedang panas. Aku biarkan air
meluap, hingga meja menjadi basah. Biar basah juga aku yang sedang
panas. Lalu luapan air itu menuju ke sudut meja. Membentuk seperti
cermin. Aku seperti berkaca di atas meja dengan luapan air itu. Kupandangi setiap rautnya. Menyedihkan. Bayangan yang dibentuk air itu
begitu menyedihkan bagiku. Seorang yang telah tenggelam dalam masa
lamanya. Bayangan yang dibentuk air itu begitu menyedihkan.
Seorang
yang telah tenggelam dalam masa lamanya. Tiba-tiba setetes air jatuh
lagi, dia merusak gambar-gambar jaya orang itu. Ternyata orang itu
aku. Aku ternyata terlena dengan masa lalu. Hingga setetes air jatuh
lagi aku tenggelam didalamnya. Sebenarnya aku telah terjatuh. Tenggelam
hingga sampai dasar. Tenggelam oleh masa lalu, bersamaan dengan tetesan
air dari atap yang merusak gambar-gambar indah masa lalu. Aku tenggelam
terlalu dalam hingga sulit untuk kembali ke permukaan yang penuh dengan
kenyataan.
Bayangan yang dibuat oleh luapan air pun pecah. Ya itulah bentukku sekarang. Aku yang pecah oleh masa lalu. Terduduk
diatas kursi dan disebelah meja. Melamun memandangi luapan air yang
berisi kehebatan waktu dulu. Sampai bayangan itu pecah oleh tetesana, aku
masih terdiam. Aku tak bisa kembali ke masa itu. Aku adalah orang masa
lalu yang sudah habis masanya. Dan tenggelam dalam hebatnya sendiri.
Terinspirasi dari 'masa kini atlet masa lalu' oleh Nikolas Nino