Sabtu, 31 Desember 2011

Pilot


 Sebuah cita-cita masa kecil yang tak pernah bisa tercapai. Rasional saja, gigiku abnormal, mungkin akan remuk dalam ketinggian dengan tekanan tertentu, lepas dan menusuk kepalaku sendiri. Bukan cara keren untuk mati. Apalagi di dalam kokpit.
Photobucket

Minggu, 25 Desember 2011

Cerita Patah Hati



Ini hanya sebuah cerita yang muncul setelah aku melihat kelakuanmu.

Malam ini hujan deras sekali. Suara katak yang biasanya aku dengar bersautan dengan bunyi genting seng yang terkena tetesan hujan tak lagi aku dengar. Aku mengambil sebuah textbook. Membuka setiap halamannya satu persatu. Tapi aku tak membaca apapun. Banyak huruf yang bersatu menjadi kata dan kata berkait menjadi kalimat. Kalimat yang seharusnya diam dan bisa aku baca. Menjadi tidak bisa. 
Tiba-tiba deretan huruf itu bergerak, menari seirama dengan hujan deras di luar sana yang mengiringi seperti bunyi genderang. Huruf-huruf itu bergerak terbang membentuk namamu! Masuk dan menusuk-nusuk di dalam otakku! Otakku mendadak busuk. 

Dan.

Guntur menyadarkanku.

Nafasku terengah-engah, kamu yang berlari dalam pikiranku tapi mengapa aku yang kelelahan? Berbaring. Serasa berbaring di pecahan kaca. Perih masih terasa. Textbook tadi sudah aku buang jauh ke sudut kamar. Di luar hujan itu ribut sekali. Aku ingin tenang, kau perlu tahu wahai sabda alam! Angin dan hujan! Aku sedang patah hati! Ini gara-gara laras hati-ku telah hilang. Aku tak ingin jadi Rama yang kehilangan Shinta atau Rose yang kehilangan Jack. Aku tak mau kalah dengan nasib! Aku bukan pria yang nasib romansanya dihancurkan oleh pria jahanam yang sekarang bersamanya!

Remuk redam.

Gelap. Lalu terang. Berulang kali aku mencoba tidur tapi hasilnya nihil.

Hatiku tergores oleh kalian yang tajam. Kejam. Sekarang tak hanya tergores tapi telah sobek. Cintamu adalah Phyton! Kau peluk aku sambil perlahan kau remukan. 

Dan aku yakin silet ini bisa mengalihkan rasa sakitku dari hati ke jari.

Jatuh cinta dan patah hati bisa membuat kita bodoh seketika. Aku lihat luka di jariku. Patah hatiku lebih sakit daripada luka ini.
Perlahan dengan perih tertahan. Jejak darah namamu pada tembok kamar ini adalah bukti bahwa aku tak mau kehilangan kamu.

Senin, 19 Desember 2011

Wisata Kuliner Solo



 Kami akhirnya pulang kembali ke Djokja tercinta dengan selamat. Setelah menikmati wedang asle , timlo, es karamel, teh poci dan makanan khas solo di wedangan, kami ucapkan terimakasih Solo untuk kuliner dan suasananya. Kami pulang dengan senang dan kenyang Photobucket


Sabtu, 17 Desember 2011

Sajojo


Ini saya sewaktu kemarin tampil di acara inagurasi fib, benar-benar menjadi mirip dengan suku bangsa papua asli. Rambut dibuat tampil beda. Dikepang oleh putri papua asli dan dimodel zig-zag ala Jaden Smith. Tubuh dilukis dengan penuh seni oleh seniman asli tanah Papua. 
Maka dengan ini saya lebih menghargai suku bangsa papua. Hidup Papua jaya untuk Indonesia raya! Photobucket

Jumat, 16 Desember 2011

Untuk Kamu Yang Aku Rahasiakan Namanya

Suatu saat setelah hujan, aku dari jendela melihatmu. Memang kamu hanya duduk dan berbincang. Tapi Itulah pelangi yang sebenarnya
Dulu aku merindukan pelukanmu di bawah hujan. Sekarang hujan mengingatkanku, hanya dengan doa aku bisa memelukmu

Rabu, 14 Desember 2011

Folks Games #Sobyong

SOBYONG

Sobyong merupakan permainan tradisional yang menggunakan kata sebagai bentuk daripada permainan ini. Sobyong bisa dimainkan oleh siapa saja dan tidak harus selalu kata permainan itu identik dengan anak – anak, menurut yang saya temui dalam observasi saya tentang permainan sobyong ini pemainnya tidak selalu anak – anak tetapi ada remaja yang masih memainkan permainan ini juga. Jumlah pemain dalam permainan ini harus lebih dari 1 orang untuk dapat bermain. Permainan ini menggunakan kosakata sebagai inti permainan, biasanya adalah nama suatu tempat (kota), benda, nama orang terkenal, dan lain sebagainya tergantung dengan kesepakatan para pemain ingin menggunakan kata apa, misalnya didapati kesepakatan sobyong nama suatu tempat (kota) maka yang boleh disebutkan nama – nama kota saja, contohnya : Semarang, Surabaya, Solo, dan lain sebagainya. 

Cara bermain sobyong ini yaitu dengan menggunakan jari – jari tangan. Pertama, para pemain duduk melingkar lalu masing – masing pemain mengeluarkan jarinya dengan bebas sesuai dengan keinginan masing – masing pemain, setelah para pemain mengeluarkan jarinya maka jari – jari tersebut akan dihitung, bukan menggunakan angka tetapi dihitung sesuai abjad, misalnya terdapat 10 jari yang dikeluarkan maka akan muncul huruf “J” sebagai urutan abjad ke 10. Huruf “J” akan menjadi kunci dalam permainan pertama, yaitu seluruh pemain harus mengucapkan suatu hal yang telah menjadi kesepakatan yang diawali dengan huruf “J”, kesepakatan mengenai suatu hal tersebut ditentukan sebelum permainan dimulai, semisal menurut kesepakatan yang disebutkan haruslah nama sebuah kota maka seluruh pemain harus mengucapkan nama sebuah kota yang diawali dengan huruf “J” contohnya : Jember, Jakarta, Jambi, dan lain sebagainya. Permainan pada huruf “J” ini berhenti ketika nama yang diawali dengan huruf “J” ini habis atau para pemain tidak bisa menjawab lagi yang lainnya. Mengenai jumlah jawaban, setiap pemain bebas menjawab jumlah jawaban tersebut bahkan hingga jawaban pada sebuah huruf habis.

Jika ada yang tidak bisa menjawab, tidak selalu diberlakukan penghukuman, kalaupun ada hukuman macamnya hukuman itu ditentukan sesuai dengan keinginan kelompok, karena yang telah saya temui dalam dua kumpulan anak yang memainkan “Sobyong” ini ada yang menerapkan hukuman, tetapi ada yang tidak. Yang tidak menerapkan adanya hukuman, maka jika ada yang tidak bisa menjawab mereka lanjut bermain lagi hingga seluruh huruf dalam abjad habis digunakan, sedangkan yang menerapkan hukuman maka yang tidak bisa menjawab akan dikenai hukuman setiap selesai satu huruf permainan, setelah itu lanjut lagi dengan huruf selanjutnya sesuai dengan jari yang dikeluarkan lagi. Permainan ini dinilai selesai seluruhnya jika dari huruf “A” sampai dengan “Z” sudah semua mendapatkan urutan, urutan huruf yang keluar tidak harus urut sesuai dengan abjad tetapi sesuai dengan jari yang keluar, lalu ketika ada huruf yang mendapat urutan lagi semisal sebelumnya “I” telah digunakan lalu saat dihitung lagi “I” keluar lagi maka huruf “I” tidak digunakan lagi dan harus diganti dengan huruf yang lainnya. 

Ada juga ditemukan kecurangan – kecurangan yang dilakukan para pemain dalam permainan sobyong ini. Kecurangan itu contohnya memelesetkan nama suatu hal yang menjadi kesepakatan atau menyebutkan nama suatu hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Contohnya, ketika tiba urutan pada huruf “A” yang harus disebutkan adalah nama kota, tetapi ada yang menyebutkan Australia, maka pemain yang menyebutkan Australia itu dikatakan curang karena Australia adalah nama Negara bukan sebuah kota, sedangkan sesuai kesepakatan yang harus disebutkan adalah nama kota. Lalu mengenai pemain yang melakukan curang tidak dikenai hukuman, dia diharuskan menjawab hingga semua telah disebutkan, jika semua nama telah disebutkan dan pemain yang curang tadi masih belum menjawab yang benar maka selanjutnya sesuai dengan kesepakatan para pemain, dikenai hukuman atau tidak seperti yang saya sebutkan pada paragraf sebelumnya, hukuman bukan karena melakukan curang tetapi karena tidak bisa menjawab. Sehingga mengenai yang curang tidak ada hukuman bagi pemain tersebut selama dia masih bisa menjawab setelah melakukan hal yang curang tadi.  Biasanya pemain yang curang ini karena dia kehabisan akal dan tidak bisa menjawab lagi.

Menurut beberapa anak dan remaja yang saya temui, dalam permainan sobyong itu yang membuat permainan ini menjadi seru adalah ketika ingin mengutarakan jawaban tetapi kesulitan, sehingga jawaban yang telah ada didalam pikiran pemain tidak dapat terutarakan, bahkan bisa dijawab lebih dulu oleh pemain yang lain hingga tidak ada jawaban lagi. Selain itu yang membuat permainan ini seru, menurut informan saya adalah ketika menekan para pemain yang lain dan memojokkan pemain yang lain serta menghabiskan jawaban yang ada hingga pemain yang terpojokkan tersebut tidak dapat menjawab. Yang saya temukan dalam hal ini adalah bagaimana para pemain tersebut saling mendahului menjawab, lalu ketika jawaban sudah didahului oleh pemain lain hingga tekanan yang dilakukan pemain lain hingga jawabannya habis membuat permainan ini menjadi seru. Tekanan tersebut berupa desakan untuk sesegera mungkin atau secepat mungkin menjawab, menurut saya hal ini yang menyebabkan apa yang sudah dipikirkan tidak bisa diutarakan bahkan didahului oleh pemain lain, karena tekanan yang dilakukan pemain lain membuat pemain yang ditekan ini terburu – buru untuk menjawab atau bahkan tidak bisa menjawab tentang apa yang dipikirkannya. Didalam permainan ini menurut saya juga diajarkan untuk konsekuen, karena dalam permainan ini ditemukan aturan – aturan untuk mengatur berlangsungnya permainan ini, ada juga yang memberlakukan hukuman maka yang tidak bisa menjawab harus menjalani hukuman sebagai sikap konsekuen dari mengikuti permainan ini. Permainan ini juga untuk melatih ketenangan, karena ada tekanan dari pemain lain yang mendesak kita untuk segera menjawab dan membuat kita terburu – buru untuk menjawab hingga pemain tidak bisa berpikir dengan tenang. Konsekuen untuk menjalani aturan – aturan dan ketenangan dalam berpikir ini menurut saya merupakan nilai yang diajarkan dalam permainan ini. Dengan bermain anak diajarkan untuk konsekuen dengan aturan – aturan yang dibuat, dan anak juga diajarkan untuk bermusyawarah yaitu dengan menentukan hukuman, karena dalam permainan ini hukuman tidak pasti karena hukumannya dalam setiap kelompok permainan berbeda, hukuman pun ditentukan oleh anak – anak yang bermain sendiri dan nantinya yang menjalin hukumannya adalah mereka sendiri sebagai konsekuensi atas yang mereka sepakati. 
Anak juga diajarkan juga untuk tenang dalam mengambil keputusan, dengan tekanan – tekanan yang dilakukan oleh pemain lain untuk segera menjawab, maka seolah anak dilatih untuk berpikir dan memutuskan sesuatu dengan tenang supaya benar, karena jika terburu – buru dan salah maka anak akan mendapatkan hukuman sebagai akibat dari salahnya memutuskan sesuatu tadi.

oleh : Nino Citra A
gambar : thinking-on-these-things.blogspot.com

Folks Games #Hompimpa

Permainan Hompimpa

Salah satu permainan sederhana yang sering kita lakukan sebelum memulai permainan atau menentukan giliran permainan adalah hompimpa. Di Kebumen tepatnya di perumahan Tamanwinangun Indah, daerah di mana saya tinggal,  hompimpa ternyata masih populer dan sering dilakukan oleh anak-anak kecil terlepas dari generasi saya. Tidak mudah untuk bisa melihat mereka bermain atau secara langsung datang dan berada di dekat mereka. Karena saya khawatir kedatangan saya bisa-bisa malah mengganggu keasyikan mereka bermain dan mereka menjadi canggung untuk bermain. Saya berada di dalam rumah, melihat dan mendengarkan mereka (6 orang anak kecil dan mereka adalah anak-anak tetangga saya). Hompimpa digunakan oleh anak-anak untuk menentukan giliran dalam sebuah permainan (biasanya petak-umpet atau bola dalam menentukan lawan dan kawan). Sewaktu bermain petak umpet misalnya, anak yang kalah hompimpa mendapat giliran sebagai penjaga pos.
Hompimpa adalah sebuah permainan verbal yang biasanya dilagukan, jarang sekali saya melihat hompimpa yang tidak dilagukan. Fungsi dari hompimpa adalah untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dengan menggunakan dua sisi telapak tangan, bagian atas dan bawah. Hompimpa dilakukan oleh minimal tiga orang peserta secara bersama-sama, peserta mengucapkan kata hom-pim-pa (biasanya juga ada kata (lirik) tambahan yaitu ‘alaium gambreng!’. Ketika mengucapkan suku kata terakhir entah itu ‘pa’ atau ‘breng’, masing-masing peserta memperlihatkan salah satu telapak tangan dengan bagian dalam telapak tangan menghadap ke bawah atau ke atas.
Di daerah saya ini, hompimpa yang dimainkan adalah hompimpa dengan lirik ‘hompimpa alaium gambreng, Kasimun pake baju rombeng’, Kasimun yang disebutkan tadi adalah seorang laki-laki yang sedikit ‘kurang waras’ dan sering berada disekitar komplek perumahan. Ternyata Kasimun masih terkenal dekat dengan anak-anak karena pada saat saya kecil memang Kasimun sering ikut bermain bola bersama saya dan teman-teman saya.  Pemenang hompimpa adalah peserta yang memperlihatkan telapak tangan yang berbeda dari para peserta lainnya. Tetapi semua tergantung kesepakatan para pemainnya. Ada kalanya yang berbeda adalah yang kalah. Ketika peserta lainnya sudah menang, peserta yang kalah ditentukan oleh dua peserta yang tersisa dengan melakukan suit/sut/suwit.
Sementara itu, (sut) atau populer sebagai suit (suwit) dan pingsut adalah cara mengundi untuk dua orang dengan cara mengadu jari untuk menentukan siapa yang menang.
Jari yang dipergunakan dalam sut adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking yang masing-masing diumpamakan sebagai gajah, manusia dan semut. Dua orang yang ber-suwit secara serentak mengacungkan jari yang dipilihnya. Hasil seri terjadi bila kedua belah pihak yang bersuwit mengacungkan jari yang berkekuatan sama, misalnya: kelingking melawan kelingking. Bila terjadi seri, suwit diulang hingga ada pihak yang menang.
Jari yang menjadi pemenang suwit:
* Ibu jari versus telunjuk: pemenang adalah ibu jari.
* Telunjuk versus kelingking: pemenang adalah telunjuk.
* Kelingking versus ibu jari: pemenang adalah kelingking.
Suwit bisa dilakukan sekali untuk menentukan pemenangnya atau tiga kali dengan syarat 2x kemenangan.
Suwit yang dilakukan pun bermacam-macam jenisnya, suwit yang disebutkan di atas adalah suwit ‘jawa’ yang juga secara kebetulan dimainkan oleh keenam anak di perumahan saya itu. Ada jenis suwit lain yaitu suwit Jepang. Berbeda dengan suwit jawa, suwit jepang menggunakan aturan gunting, batu dan kertas. Formasi jari dibentuk sesuai dengan gunting, batu dan kertas tersebut. Dan Aturan menentukan pemenang sama seperti suwit jawa. 



Hompimpa dalam Makna

Hom bisa berarti dari Tuhan kembali kepada Tuhan (usut punya usut dari bahasa cina). Ada yang bilang artinya adalah Semoga Tuhan menjaga kita semua. Jadi. Semua makhluk berasal dari Tuhan dan pasti akan kembali kepada Tuhan, tidak ada yang abadi jadi hendaknya kita minta perlindungan kepadaNya. Kata ‘alaium gambreng’ diartikan 'mari kita bermain' dan juga sebagai kata yang digunakan untuk menyentak kita agar sadar akan hal (hom) tersebut. Jadi jika diartikan bisa menjadi "Dari Tuhan kembali kepada Tuhan, mari kita bermain!' atau 'Semoga Tuhan menjaga kita semua, mari kita bermain!'
Dan salah satu hal unik yang bisa kita dapat dari hompimpa atau dengan kata lain fungsi laten hompimpa adalah dalam penanaman budaya demokrasi bangsa kita yang secara tidak sadar telah ada sejak kecil bahkan lebih memiliki nilai-nilai luhur dan dijamin sangat jujur, bersih, efisien dan aman. Permainan identik dengan anak-anak dan anak-anak selalu dikaitkan dengan imajinasi. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita berimajinasi andai saja dengan “Hompimpa” wakil rakyat dipilih maka pemerintah pusat maupun daerah tidak perlu mengeluarkan banyak anggaran untuk memilih para wakil rakyat, pilpres, dan pilkada. Dengan “Hompipa” juga kita bisa menghapuskan pandangan rakyat tentang pemilihan wakil rakyat sekarang adalah perjudian yang dilegalkan. Selain itu dengan hompimpa tidak perlu terjadi pengerahan massa yang berpotensi rusuh dan anarkis. Aparat keamanan bisa berjaga dengan santai dan tenang. Dengan “Hompimpa” juga akan mengurangi terjadinya suap-menyuap, barang siapa melakukan suap tentu akan lebih mudah terlihat. Dan mengenai masalah hasil? dijamin kualitas wakil rakyat minimal setara mereka yang dihasilkan oleh pemilu biasa.

Jumat, 02 Desember 2011

Ketika Cantik Itu






Pada suatu saat di Facebook, aku dan Genjik mencoba mendeskipsikan tentang cantik

Minggu, 27 November 2011

Sabtu, 26 November 2011

Biennale Jogja XI - Bacalah!


             Kelas pengantar antropologi setiap hari Kamis adalah kelas yang bisa dibilang paling ditunggu oleh para mahasiswa antropologi, kelas yang dijoki oleh Bapak Laksono itu adalah kelas yang nge-jazz jika itu ibarat genre musik karena seperti jazz sendiri yang ringan tapi menyimpan nada-nada yang 'tidak biasa' sama seperti kelas Pak Laksono ini santai tapi serius dan berbobot. Hari ini berliau bercerita tentang terpilihnya beliau untuk menjadi juri dalam acara Biennale, keamatiran beliau yang beliau anggap amatir adalah sekedar pecinta malah menjadi ketertarikan sendiri, sehingga panitia Biennale memilih beliau menjadi juri. Beliau juga menyarankan agar kami sebagai mahasiswa budaya, segera meluncur, melihat dan berpartisipasi dalam meramaikan acara-acara di Biennale tersebut. Hanya sebagai intermezzo beliau menyarankan kami datang ke Biennale karena selain dedikasi terhadap seni dan budaya juga sebagai bentuk 'penghormatan' atas dipilihnya beliau menjadi juri. Akhirnya saya dan teman-teman saya berkunjung ke Biennale Jogja untuk pertama kalinya, ini adalah Biennale yang ke XI. Saya datang saat malam pembukaan karena kebetulan kakak tingkat saya adalah pengisi acara pembukaan Biennale di JNM. Kakak kelas tingkat saya itu adalah Lani (seorang soloist) dan Oscar (sebuah keyboard) yang tergabung dalam grup musik bernama FRAU.  

Berpose di depan Neti-Neti karya Anita Dube   

Sebagai mahasiswa antropologi tingkat satu yang sedang belajar untuk menjadi antropolog yang baik, selain rajin, banyak membaca, mengikuti seminar dan kuliah, mengunjungi pameran seni dan kebudayaan tentunya bisa menjadi sarana belajar yang baik selain beberapa hal yang disebut di atas.Photobucket
Antropolog seperti sudah dituntut untuk melatih mata mereka menjadi mata yang tidak biasa, yaitu menjadi mata yang bisa melihat hal-hal sepele yang jarang dilihat orang lain. Seperti kita ketahui, pameran seni dan kebudayaan sudah pasti selalu menyajikan karya-karya seni seniman-seniman besar dan ternama. Karya-karya seni yang ditampilkan sudah pasti estetik dan maknatif.  Tidak sedikit seniman yang selalu bermain dalam ranah kreatif, imajinatif dan penuh fantasi dalam menghasilkan suatu karya seni.
Biennale adalah acara tahunan yang berbau seni dan kebudayaan. Salah satu acara Biennale selain seminar adalah pameran seni. Beberapa karya seni  diangkat dalam pameran yang diadakan di Jogja National Museum ini, dari seni rupa, seni lukis, bahkan seni fotografi dan filmografi. Dengan mengusung tema Shadow Lines – Indonesia Meets India, para seniman dengan sukses menyajikan beberapa karya seni yang menurut saya patut diberi apresiasi lebih. Sebagai contoh Shilpa Gupta dengan Untitled ( There is No Border Here)-nya yang mengusung tema kebebasan dan tanpa marjin, menurut saya karya seni ini sangat maknatif mengingat beberapa masalah diskriminatif yang dewasa ini terjadi. Secara tersirat Shilpa mengungkapkan bahwa sebuah kebebasan (yang dilambangkan dengan bendera) justru bisa menjadi sebuah marjin dan batas-batas dalam kehidupan (masyarakat). Bendera tersebut seperti (secara tidak langsung) membuat kita terkotak-kotak dan menjadi kelompok tertentu. Selain karya Shilpa masih banyak karya-karya seniman lain yang tak kalah mengesankan. Ada film etnografi yang menceritakan India, sebuah video orang berenang dengan tali yang mengikat tubuhnya di sebuah batu dan karya seni dengan judul Bird Prayers #2 yang menceritakan bahwa sekarang religi hanyalah sebuah ‘topeng’ belaka dan sudah terkontaminasi dengan unsur yang tidak berbau religi dan maknanya yang seharusnya suci sudah tercemar. 

 Bacalah karya Titarubi

Dari beberapa karya seni yang saya sebutkan di atas, ada salah satu karya seni yang paling menarik perhatian saya. Karena saya seperti melihat yang sering kita sebut hal sepele dalam karya seni ini.  Bacalah, karya Titaribu adalah karya seni yang paling menyita perhatian saya. Selain kreatif, karya seni ini juga maknatif dan dengan baik bisa menyatukan makna ajaran agama ( Islam), pikiran manusia, dan membaca. Bacalah, dibuat secara sederhana dan cantik, di mana ribuan lembaran kertas kosong dibuat menjadi satu jilid buku yang dalam keadaan terbuka diletakan di atas meja- kursi gandeng.  Setelah saya melihat, memegang karya seni tersebut dan lalu membaca deskripsinya, mendadak saya kagum dan langsung bisa menangkap arti karya ini. Dari apa yang saya tangkap saya bisa mengerti bahwa karya ini seperti berkata tentang kemerosotan iman kita sebagai seorang muslim di mana kita percaya bahwa perintah pertama Allah kepada Rasulullah adalah iqra (bacalah). Tetapi kita sekarang malah terperosok dalam suatu pemikiran sempit yang berujung pada kemalasan, yaitu kemalasan untuk membaca. Karya ini mengatakan bahwa membaca tidak hanya sekedar melihat deretan huruf, gengsi atau menganggapnya sebagai tuntutan untuk memenuhi nilai akademis belaka. Dengan membaca, kita bisa membuka pikiran kita, memperlebar wawasan dan memperbanyak informasi. Selain beberapa fungsi nyata membaca di atas. Membaca mempunyai beberapa fungsi laten yaitu agar kita semakin berisi, semakin pintar dan dengan pintar kita bisa bijaksana. Dan fase terakhir dalam menjadi bijaksana adalah seperti ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk. Semakin merasa pintar maka semakin merasa kosong. Secara tersirat karya ini juga mengatakan tentang konsep kosong. Di mana inti dari pengetahuan tertinggi adalah kosong. Setelah saya mencerna lebih lanjut. Selain menemukan inti bahwa dengan membaca bisa menjadi pintar, bijaksana, lalu selalu merasa kosong. Saya juga jadi mengerti bahwa semakin ‘kosong’ seseorang, layaknya sebuah wadah yang masih kosong, wadah tersebut selalu lebih mudah diisi oleh benda atau sesuatu daripada wadah yang sudah penuh, wadah yang sudah penuh bisa saja tumpah isinya atau malah pecah wadahnya. Dengan kata lain ketika kita sudah bisa membaca, pintar , bijaksana lantas selalu merasa ‘kosong’ maka dengan mudah kita bisa lebih cepat dalam menyerap ilmu-ilmu yang kita dapatkan, kita bisa berpikir lebih jernih dan dengan ringan kita bisa menangkap banyak informasi. 
Maka mulai sekarang, bacalah! Photobucket






Lomba Artikel Blog Biennale Jogja XI

Jumat, 25 November 2011

Definisi Awal Kebudayaan

            Sampai pada saat ini definisi kebudayaan yang saya tahu dan yang paling saya pahami adalah definisi kebudayaan dari Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tetapi setelah saya membaca beberapa buku dan artikel yang berisi tentang definisi kebudayaan dari beberapa ahli antropologi yang telah melakukan penelitian dan studi tentang kebudayaan secara menyeluruh maka bermunculanlah macam-macam definisi tentang kebudayaan, contohnya Geertz secara jelas mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu sistem makna dan simbol yang disusun..dalam pengertian di mana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; secara historik diwujudkan di dalam bentuk -bentuk siambolik melalui sarana di mana orang-oarang mengkomunikasikan, mengabadikannya, suatu pola makna yang ditransmisikan dan menmgembangkan pengtahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik” lalu definisi lain tentang kebudayaan dari Edward Burnett Tylor mengartikan kebudayaan sebagai keseluruan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat, dengan demikian menurut Tylor kebudayaan mencakup segala sesuatu yang diperoleh atau yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Baru saja beberapa definisi kebudayaan yang saya baca sudah membuat saya bingung sekaligus mengerti bahwa kebudayaan adalah hal yang mempunyai pengertian dan definisi yang tidak sederhana, dinamis dan bias. Apalagi pemikiran antropolog muda dewasa ini yang dituntut untuk berusaha mencari definisi baru tentang konsep kebudayaan dan bagaimana konsep kebudayaan itu bekerja.

Jika melihat beberapa peristiwa dalam kehidupan saya sehari-hari, mengambil contoh sederhana dalam hal gesture tubuh. Saya pribadi sejak kecil telah terbiasa entah secara langsung  atau tidak langsung ‘belajar’ dari orang tua, teman, orang lain, bahkan dari media tentang gesture tubuh sederhana ketika seseorang hendak menyatakan dirinya baik-baik saja, siap, terkendali dengan mengacungkan jempol ke atas. Saya mengenal gesture itu sebagai gesture yang mempunyai makna positif dan makna itu saya dapatkan dari proses ‘belajar’ tadi. Bagaimana saat saya tumbuh dan berkembang, saya mulai memahami makna tersebut. Gesture jempol tadi otomatis telah membudaya dalam diri saya. Berbeda dengan di Indonesia, beberapa daerah di timur tengah justru sebaliknya, mereka menganggap mengacungkan jempol adalah suatu tindakan yang bermakna kasar, negatif dan ofensif karena berhubungan dengan anus. Sementara pada zaman dahulu di Mesir mengacungkan jempol adalah symbol ancient phallic untuk virilitas maskulin. Jadi adalah suatu pantangan bagi seorang wanita untuk mengacungkan jempol  karena jempol adalah symbol kejantanan seorang pria. Dari segi spasial dan temporal kebudayaan bisa berbeda makna, walaupun dicontohkan dengan sebuah acungan jempol saja. Dengan demikian, dengan memikirkan secara sederhana sesuai dengan kemampuan pemikiran saya saat ini sebagai mahasiswa antropologi tingkat awal yang belum melakukan penelitian apapun, definisi kebudayaan adalah bahwa kebudayaan bukanlah benda mati dan statis yang jatuh begitu saja jatuh dari langit dan kita secara gamblang tanpa berpikir panjang menerimanya sebagai warisan turun temurun. Kebudayaan bukan pula sesuatu yang harus dilestarikan sebagaimana benda-benda kuno, arca, atau candi. Kebudayaan adalah dialog-dialog yang kreatif, sesuatu yang dinamis, mengalir teratur di sela-sela kreatifitas manusia dalam menjawab semua dinamika di zamannya.

Fakta kebudayaan adalah sebuah fenomena kreatifitas manusia yang menjawab semua dinamika pada zamannya adalah dewasa ini telah terjadi semacam penolakan terhadap tradisi budaya masa lalu dikarenakan karena kehidupan dan tradisi lama penuh takhayul dan kebenaran bukan berasal dari tradisi dan otoritas melainkan dari akal budi. Contohnya animisme dan dinamisme, jarang sekali orang-orang pada tahun 2011 ini menganut sistem kepercayaan tersebut. Apalagi orang zaman sekarang sudah berpikir lebih rasional sehingga semakin tidak mempercayai sistem kepercayaan itu. Faktor pendidikan, pergaulan sosialisasi dan komunikasi membuat orang berpikir lebih kreatif dan dinamis. Contoh lain adalah fenomena budaya instan yang kerap terjadi baru-baru ini orang lebih suka untuk membuat sesuatu yang lebih manusiawi dan cenderung sederhana. Orang menjadi kurang ekspresif dan aktif. Semua bisa dilakukan secara instan. Contoh pada era Si Doel Anak Sekolahan para sarjana yang mencari kerja  selali dengan busana yang sangat rapi dan necis, oleh karena itu mereka menggunakan dasi yang dibentuk serapi mungkin secara manual dengan simpul-simpul tertentu dan sangat berseni. Tapi zaman sekarang banyak sekali dijual di mall-mall dasi yang langsung ‘jadi’ yang hanya dengan mengalungkannya sudah terpasang rapi di leher kita. Itulah bukti bahwa kebudayaan bukanlah sebuah warisan saja tetapi juga hasil dari berpikir kreatif dan berkembang. Di saat semua orang dituntut untuk serba cepat dan ‘in time’ bukan lagi on time, maka di area inilah kebudayaan itu ikut berkembang. Konstruktivisme telah terjadi di sana-sini. Beberapa fakta di ataslah yang membuat saya berasumsi bahwa kebudayaan adalah bukan suatu yang statis dan secara langsung kita terima tapi kebudayaan adalah dialog-dialog yang kreatif, sesuatu yang dinamis, mengalir teratur di sela-sela kreatifitas manusia dalam menjawab semua dinamika di zamannya.

Sebagai mahasiswa antropologi dalam mempelajari antropologi saya berharap saya suatu saat nanti dapat memahami makna, arti, definisi kebudayaan yang benar-benar esensial dan orisinal. Untuk mencapai esensi itu sebagai antropolog sejati pada dasarnya dan sudah seharusnya kita melakukan banyak perjalanan penelitian karena dengan itu kita bisa memahami sebuah arti kebudayaan. Semakin banyak kita bertemu dan mempelajari liyan maka semakin baik kita merefleksikan itu kepada kehidupan kita.

Artikel oleh : Mas Agung Wilis Yudha Baskoro
Foto : Mas Agung Wilis Yudha Baskoro ; D. Gutomo

Selasa, 22 November 2011

Kami Angkatan yang Bahagia








 

Cuma sekedar foto-foto belaka dan memamerkan kegantengan dan kecantikan kami mahasiswa antropologi budaya 2011 Photobucket

Mencari Ilham


  Dalam diam mencari ilham
sssstt
Yang berdesir itu angin
Dan adrenalin
sssstt
Yang mengalir itu air
Dan darahku
sssstt
Yang bergejolak itu ombak
Dan jiwaku
sssstt
Yang menari itu daun
Teringat indahmu dibalik gaun
Dalam diam mencari ilham
Diam dan mencari
Mencari dan bertemu
Sederhana namun semu

Selasa, 15 November 2011

Minggu, 06 November 2011

Waktu Kenia Tambah Tua



Sebelum pulang ke Kebumen, malamnya ada acara perayaan jadi tuanya si Kenia di angkringan depan Niaga.
Selain membahagiakan buat yang berbahagia, juga membahagiakan buat teman-teman, benar-benar sebuah keluarga BARU!

Sabtu, 05 November 2011

Genjik Dan Rengit

Saya dan kawan-kawan berencana akan membuat semacam cerita pendek entah dalam bentuk komik komedi 4 panel, sketsa film atau apapun. Pada intinya kami akan menceritakan tentang petualangan G&R bukan Gun & Roses tapi Genjik & Rengit~ 


Berikut inilah korban kekhilafan kami. Muka yang (masih) bahagia.
Nantikan kisahnya!

Cigarette


"A cigarette is the perfect type of a perfect pleasure. It is exquisite, and it leaves one unsatisfied. What more can one want?”

Dont be Tipis









Setelah teman saya Dimas Fajrul "Tengu" Falah sukses mendapatkan sebut saja upah dari kerja keras atas proyeknya. Saya dan teman-temannya selayaknya keluarga, ditrakti makan. Inilah beberapa fotonya.