Sabtu, 21 April 2012

Hari Kartini - Sumbut Nduk!

Hari Kartini sama dengan Hari 'Sumbut' Buat Wanita Muda. Bukan malah menggerutu karena berdiri dalam kereta dan minta tempat duduk memohon dengan sarkas membawa-bawa jenis kelamin. Mbak, dulu minta emansipasi? Kesetaraan? 

Pernyataan saya di atas bukanlah tanpa alasan. Kejadian beberapa waktu lalu saat saya sedang berada dalam kereta api Prameks jurusan Yogyakarta - Kebumen mengilhami saya mengapa saya membuat pernyataan tersebut.

Ceritanya begini. Kereta api Prameks adalah sarana transportasi yang pas untuk kantong mahasiswa yang kantongnya biasa-biasa saja. Rego nggowo rupo. Pepatah itu memang benar karena 10 ribu rupiah artinya tempat duduk gratis! Pulang kampung pada musim liburan juga bukan ide yang bagus menurut saya. Tetapi entah mengapa saya tetap saja melakukannya. Hal itu mengakibatkan kereta Prameks yang akan saya tumpangi ini penuh sesak. Berjubel. Semua aroma ketiak masuk dengan liar tanpa ampun ke dalam hidung saya. Tempat duduk pun harus didapat dengan susah payah. Beruntung, saya berhasil mendapatkan tempat duduk di dekat pintu kereta. Tiba-tiba ada mbak-mbak sebaya dengan saya muncul dan berdiri di depan saya yang sudah duduk dengan santai. Menurut pandangan sekilas, sepertinya dia sama-sama mahasiswa,  saat itu dia memakai baju abu-abu, denim emba, dan tas punggung export, rambut panjang diikat ke belakang, kulit putih, wajah lumayan cantik, dada berisi dan perut rata. Sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda kehamilan atau keterbatasan fisik dan berpenyakit tertentu. 
Melihat saya duduk dengan tenang, tiba-tiba dengan sarkas dia berkata, "Mas, cowok bukan sih?". Mendengar kata-katanya yang sarkas, saya agak meluap. Saya tahu sebenarnya dia ingin minta saya untuk memberikan tempat duduk saya kepada dia. Tetapi saya sama sekali tidak menunjukan empati apa-apa dan justru malah acuh. Lantas spontan saya jawab dengan suara yang agak keras, "Dulu minta emansipasi dan kesetaraan gender? Berdiri dikit aja ngeluh!". Sontak dia diam mendengar jawaban saya. Menurut saya posisi dan jawaban saya sama sekali tidak salah hanya untuk bertahan bukan sebaliknya karena selain dia berlaku sarkas dan juga memang pada awalnya sama sekali tidak ada interaksi apapun di antara kita.

Semakin ironis wanita muda yang dahulu diharapkan Kartini bisa mandiri dan tatak untuk melakukan apa yang bisa dilakukan pria. Tetapi apa yang justru terjadi, hanya berdiri di kereta saja sudah keluar manja dan ingin dianggap lemah. Menurut saya bukan itulah yang diinginkan Kartini. Kartini menginginkan generasi wanita muda Indonesia yang lebih bebas dan kuat dalam pikir maupun raga. Jangan hanya jadikan hari Kartini sebagai sekedar hiasan kicauan di twitter atau status di facebook. Tapi jadikan sebuah kesadaran kolektif bahwa semua wanita harus SUMBUT akan apa yang kalian minta dulu. Walaupun wanita pada dasarnya tetap wanita tapi apa perlu dianggap lemah di dalam kereta? (pengecualian untuk wanita hamil dan menyusui dan/atau yang sudah lanjut usia)

2 komentar:

  1. Dah lewat setahun, tapi kok bisa nyasar ke sini ya. setuju sama artikel ini, selain emansipasi ada juga BUDAYA ANTRI, siapa datang duluan dia berhak memilih duduk, makanya ada istilah PENUMPANG PRIORITAS UNTUK YANG SANGAT LEMAH, DAN WANITA SEHAT TIDAK SANGAT LEMAH. Setuju.

    BalasHapus