Jumat, 23 November 2012

Sumbu Cumbu Asmara dalam Doa Remang Tenang


Jika hatimu adalah rumah, aku akan berkunjung tampa mengetuk pintu depan.
Tapi lewat balkon di mana bintang menyapa.
Agar jantung berdebar mengusik malammu yang tenang.

Karena sosokmu! 
Izinkanku meminangmu bagai Minke memuja Annelies, layaknya David merayu Victoria dan seperti hangatnya api musim dingin pertama di Belanda.

Sampai di suatu gerimis. Saat Toninho Horta memetik seribu dawai. 
Aku terperanjat! 
Dia X.
Dan aku Y.
 Maka keyakinanku tumbuh percaya bahwa kita akan berjumpa di suatu titik temu.  
 Dia pantas kau pertahankan

Dalam konteks seribu mungkin
Orang ribut ingin jamah, tapi mungkin dia rindu ibadah. 
Orang ramaikan nama-nama dan petuah, mungkin dia bisikkan satu dzat yg kita sembah. 
Orang teriak kalap marah, mungkin dia ajak dekap tangan berjamaah. 
Orang kunjungi Paris, Berlin, Istanbul, mungkin dia berkata Mekah, Jerusallem, puncak Tibet semoga terkabul. 
Sampai suatu saat orang jenuh ingin mati, dia masih bisa bahagia berjuta tahun lagi.

Kisah cinta bayanganku dalam pagi yang lebih indah daripada kisah cinta "senja" yang banyak orang bicarakan.

2 komentar: