Senin, 28 Maret 2011
Bumi Manusia
Kemudian dengan cepatnya ia berpaling padaku dan bertanya, "Mengapa kau masih juga diam saja?"
"Mengagumi rumah ini, "kataku, "serba indah."
"Betul-betul senang kau di sini?"
"Tentu, tentu saja."
"Kau tadi pucat. Mengapa?"
Keramahannya cukup mempesonakan dan memberanikan.
"Mengapa? Tidak tahu?" aku kembali bertanya. "Karena tak pernah menyangka akan bisa berhadapan dengan seorang dewi secantik ini."
Ia terdiam dan menatap aku dengan mata-kejoranya.
Aku menyesal telah mengucapkannya. Ragu dan pelahan ia bertanya:
"Siapa kau maksudkan dewi itu?"
"Kau" desauku, juga ragu.
Ia meneleng. Airmukanya berubah. Matanya membeliak.
"Aku? Kau katakan aku cantik?"
Aku menjadi berani lagi, menegaskan:
"Tanpa tandingan."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar