Tentang malam dan keredupannya. Bersama gonggongan anjing dan derik tonggeret musim kawin. Datang spontan suatu hal yang tiba-tiba mengusik. Orang bilang ini namanya bosan. Beranjak saja aku dari kamar ini. Aku geber motor entah ke mana tujuannya. Tak lupa kamera ini aku bawa.
Duduk lah aku dipinggiran jalan Yogyakarta. Daerah mana aku tak tahu tepatnya. Sibuk aku meneropong lewat kameraku. Mengambill gambar sekenanya. Eh, sampai ada seorang dara muncul mendobrak mata. Putih, tinggi, bibirnya merah, rambutnya panjang, dada nya ada, pinggulnya seimbang. Semuanya sempurna tepat. Mata yang terdobrak tapi jiwaku ikutan jebol. Dalam bayanganku itu kamu. Wajahnya entah mengapa sudah berubah dari tadi. Aku hanya berani menatapnya yang terbayang kamu itu dari teropong kameraku. Setelah sejenak aku memberanikan diri untuk menatap lewat mataku sendiri. Aku kaget. Dari belakang ada lakinya datang memeluknya.
Jarakku dengannya cuma delapan meter. Berbeda dengan aku dan kamu yang berpuluhan kilometer tapi aku bersyukur itu bukan kamu. Dan kamu sedang berkutat dengan apa yang aku tak tahu di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar