Selasa, 06 Maret 2012

Jejaring Sosial Tempo Hari

Facebook dan Twitter adalah salah satu situs jejaring sosial yang wajib dibuka setiap hari. Sudah tak bisa dipungkiri orang-orang Indonesia pengguna Facebook dan Twitter hampir setiap pagi mengecek notifikasi di halamannya. Tak sedikit dari mereka yang pada awalnya berjanji pada dirinya sendiri untuk 'sekedar ngecek', tapi ternyata berlanjut ke berbalas pesan dinding, menge-tweet atau bahkan chatting. 

Penulisan status di Facebook dan Twitter pun menjadi beragam. Dari pamer kesuksesan hidup, curahan hati, sarkasme untuk kekasih, kritik-kritik tak terbaca untuk penguasa hingga motivasi-motivasi untuk diri sendiri. Tak heran beberapa istilah populer barupun muncul. Istilah-istilah yang digunakan orang untuk memberi label pada pelaku-pelaku pengguna atau penulis status facebook yang berlebihan, terlihat bodoh, tidak penting dan mempunyai pikiran yang 'aneh' dalam arah yang negatif.

Sebagai contoh muncul istilah 'alay' yang disematkan kepada orang pengguna jejaring sosial yang kelebihan tenaga sehingga mereka menggunakan situ jejaring sosial ( dalam tulisan ini Facebook) secara berlebihan  seperti mengetik tulisan-tulisan yang tidak terbaca, memposting status yang aneh-aneh dan tidak penting bagi sebagian orang (teman facebooknya) dan tidak relefan lagi penggunaannya dengan fungsi sebenarnya dari situs jejaring sosial tersebut. 

Dewasa ini dari beberapa kali pengamatan saya telah muncul konflik tidak penting dari para pengguna situs jejaring sosial ini. Biasanya konflik berawal dari rasa ketidaknyamanan salah seorang pengguna yang secara sengaja ataupun tidak sengaja, mengenal atau tidak mengenal user lain yang berperilaku di Facebook atau Twitter seperti di atas. Sehingga user yang tidak nyaman tadi memutuskan untuk melakukan 'unfriend' atau 'unfollow' user yang membuatnya tidak nyaman ditambah dengan memposting kicauan atau status facebook yang menyatakan ketidaknyamanannya. Karena user yang di unfriend atau di unfollow merasa disindir dan ditinggalkan maka akhirnya mereka berbalas sindiran via status Facebook dan Twitter. Kelanjutan masalah ini biasanya hanya sampai salah satu dari mereka melakukan 'hack' pada salah satu akun user tadi. Bentuk hack itu bisa berupa mengganti password sehingga akun tidak bisa diakses lagi atau hanya sekedar memposting status yang iseng dan nakal. Ujung-ujungnya tiap user tadi hanya menggerutu lewat situs jejaring sosial mereka masing-masing dan sama-sama menjadi 'silent reader'. Tetapi sama sekali tidak ada pikiran dari salah satu dari mereka untuk melakukan pertemuan dalam rangka membicarakan dan menyelesaikan masalah tidak penting ini secara manusiawi di dunia yang nyata. Jika melihat sejarah dibuatnya Facebook dan Twitter, setelah melihat contoh kasus di atas, Facebook dan Twitter seperti kehilangan jati dirinya. 

Tetapi sebagai pengguna mereka juga tidak sepenuhnya salah. Ada asap pasti ada api. Semua ada sebab akibatnya. Pemicu mengapa mereka menjadi merasa bebas dalam menulis status karena pertanyaan yang muncul ketika kita hendak menulis status di Facebook adalah 'What's on your mind?'. Ini lah sebabnya penulis status menjadi semakin menggila dalam menulis statusnya. Bahkan tak bisa dipungkiri, setiap orang pasti pernah melakukan ini. Ketika hendak tidur terkadang kita membuat sebuah konstruksi 'film' tentang kehidupan ideal yang kita buat/bayangkan. Itupun akan ditulis di status ketika bangun di pagi hari.
Berbeda dengan Twitter, pertanyaan yang muncul adalah 'What's Happening?' jadi seharusnya kita berkicau tentang apa yang terjadi (sudah terjadi pada kenyataannya) dan lalu akan di retweet atau diberi tanggapan singkat oleh teman yang mengikuti kita. 

Selain menimbulkan konflik baru sebenarnya situs jejaring sosial macam ini akan menghasilkan banyak manfaat jika digunakan secara bijak. Kita bisa menggunakannya untuk mempererat hubungan kekerabatan, menjaga kontak bagi pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh, sebagai sarana promosi barang dagangan dll. Dari beberapa fungsi nyata tersebut ada salah satu contoh fungsi laten ketika Twitter bisa menyelamatkan nyawa seorang wanita bernama Gina di Afrika Selatan yang hendak bunuh diri. Orang bilang 'The Power Of Tweets' di mana wanita tersebut mengurungkan niatnya ketika membaca tweet dengan hastag #saveGina. Lalu Facebook bisa digunakan sebagai pengorganisir massa untuk penggalangan dana korban bencana, korban ketidakadilan HAM, gerakan penyelamatan situs purbakala atau situs warisan dunia yang hampir punah atau yang seharusnya dilindungi.

Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita menggunakan situs jejaring sosial secara bijaksana. Gunakanlah fasilitas dan kelebihan masing-masing situs jejaring sosial itu dengan maksimal sehingga akan memberikan manfaat yang baik pula.

Untuk para sastrawan facebook, tak usah banyak janji yang kalian tulis di setiap situs jejaring sosial itu. Cukup camkan dalam hati lalu jalankan. Paling tidak tertepati. Minimal untuk dirimu sendiri - Mawyb 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar