Minggu, 26 Juni 2011

This Earth of Mankind

        "Di negeri itu ada putri cantik tiada bandingan. Kulitnya laksana beledu putih-gading. Matanya gemilang seperti sepasang kejora. Tak bakal kuat orang memandangnya terlalu lama. Sepasang alis melindungi sepasang kejora itu, lebat seperti punggung bukit sana. Bentuk badannya idaman setiap pria. Maka seluruh negeri sayang padanya. Suaranya lunak, memikat hati barangsiapa mendengarnya. Kalau dia tersenyum, tergoncang iman setiap dan semua pria. Dan kalau tertawa gigi putihnya rampak gemerlapan memberi pengharapan pada semua pemuja. Kalau dia marah, pandang terpusat, dan darah tersirat pada mukanya ... heran, dia semakin cantik menawan ....
        ".... Semua bunga menunduk, meliukkan tangkai, malu karena kalah cantik. Mereka jadi pucat kehilangan seri dan warna. Kalau sang putri telah lewat baru mereka tegak kembali, menengadah pada sang surya dan mengadukan halnya. Ya, Dewa Bhatara Surya, mengapa kami diperlakukan begini memalukan? Bukankah dulu pernah Kau titahkan kami turun ke bumi sebagai makhlukMu yang tercantik di seluruh alam ini? Dan Kau tugaskan kami memperindah kehidupan manusia? Mengapa sekarang ada yang lebih cantik daripada kami?!
       "Sang Bhatara menjadi malu karena ada pengaduan itu dan segera bersembunyi tersipu di balik awan tebal. Angin menghembus, menggoyangkan semua bunga yang pada murung bersedih hati. Tak lama kemudian hujan jatuh membikin layu daun-daun bunga yang berwarna-warni itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar