Kamis, 25 Oktober 2012

Kala Kabut


Banyak orang bicara tentang kicau pipit yang merobek telinga.
Tiba-tiba orang bicara tentang angin malam yang menyayat nadi.
Lalu seketika orang bercerita tentang lagu lalu wangi kenanga.
Dan kemudian orang diam-diam memuja-muja cinta lama yang rusak mati.

Untuk sementara waktu aku tak mau kembali ke sana.
Aku takut teringat momentum penyatuan jiwa itu.
Bulu kudukku berdiri. Jantungku tercekam.
Aku takut dikembalikan kepada kala kamu bertahta di benakku.

Aku masih percaya pada sayap-sayap yang tumbuh dalam doa.
Ketika hatiku menjerit dalam lima waktu kemanunggalan.
Aku tetap masih percaya pada keagungan ombak samudra.

Ketika kamu pergi jauh sayup-sayup.
Aku tak mau menggengam mawar tanpa harapan.

Kamu telah menemukan jiwa yang sama.
Sementara aku masih di sini dengan hikayat tanda tanya.

Dalam kebahagiaan yang sedikit aku paksakan.
Aku tulis ini di antara asap yang membentuk kabut.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar