Selasa, 02 Oktober 2012

Solo International Performing Art 2012



 
 


Acara SIPA 2012 dibuka dengan dinyalakannya kembang api oleh penonton SIPA 2012. Semangat yang ditunjukan oleh api dan filosofi sawo kecik atau sarwo becik menambah semarak acara yang diadakan di Ngarsopuro, Mangkunegaran, Solo ini.




 

The Heliosphere(British Council – Inggris ) menari-nari menghiasi langit malam SIPA 2012.


Eisa Dance ( Okinawa, Jepang )

 

Ully Sigar Rusadi ( Jakarta ) menampilkan lagu perdamaian yang dikombinasikan dengan koreografi yang apik. Tidak ketinggalan adik beliau Paramitha Rusadi juga ikut berpartisipasi sehingga memeriahkan suasana damai malam SIPA 2012.



 
 

Sujiwo Tedjo ( Jakarta ) penulis, dalang sekaligus budayawan terkemuka Indonesia yang baru saja merampungkan bukunya yang berjudul Lupa Endonesa menjadi delegasi penutup acara SIPA 2012 hari pertama. Lakon Dewa Ruci yang dibawakan dengan santai tanpa meninggalkan pakemnya membuat penonton tertawa, kagum sekaligus mulai berani berkata jancuk sebagai penghilang 'jarak'.


  


Carel Kraayenhof ( Netherlands ) membuka malam SIPA 2012 dengan permainan musik klasik mereka yang menawan. Carel Kraayenhof yang tampil memainkan bandoneon, juga bertindak sebagai komposer dan penggubah lagu yang andal dalam memainkan musik argentinean tango. Ensamble itu terdiri dari Carel Kraayenhof (bandoneon), Juan Pabli Dobal (piano), Jaap Branderhost (bass), Bert Vos (biola 1), Lefke Wang (biola 2) dan Jan Willem Troost pada cello.




Bimasuci kembali dibawakan oleh kelompok Mugi Dance. Setelah dibuka oleh alunan musik, penonton mendapat sajian tarian dari Mugi Dance. Kelompok Suvarnabhumi dari Yogyakarta ikut menyemarakkan dengan memberikan lantunan musiknya. Lewat permainan lima pemusik, delegasi dalam negeri itu mengusung karyanya berjudul Nyanyi Bumi. Permainan musik Welly Hendratmoko, Gardika Gigih Pradipta, Iwang PRasidha, Endi Barqah dan Sprite’z Rukaya mencoba mengangkat puisi-puisi tentang bumi.
Pesan tentang bumi mereka sampaikan lewat kolaborasi instrumen berupa gamelan, clarinet, perkusi maupun pianika. Puisi-puisi itu dibaca dan dinyanyikan serta menjadi satu dengan musik.






Lewat karya tari kontemporer, Mugiyono Kasido sebagai penari, mengangkat pencarian jati diri seorang Bima, tokoh pewayangan dari keluarga Pandawa.
Lewat karyanya berjudul Bima Maja, Mugi menampilkan perjuangan Bima mencari air suci Tirta Perwitasari. Iringan musik gamelan yang digarap Dedek Wahyudi, sajian Mugi Dance juga diwarnai oleh permainan wayang kulit di layar sebagai latar panggung.
Tampilan menarik disajikan delegasi Bantus Capoeira Indonesia. Lewat sajian capoeira, salah satu jenis seni bela diri sekaligus olahraga mempertunjukkan gerakan indah, akrobatik dengan diiringi musik dan lagu (Suara Merdeka).


3 komentar: