Jumat, 27 Desember 2013

Tafsir Tiga Kata - Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Ulah Ormas


Plesetan dari peribahasa "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" yang telah ditanamkan kepada kita sejak kecil diubah sedemikian rupa oleh seniman Biennale Jogja XII Equator #3 dengan sangat cantik. Refleksi yang dihadirkan tidak saja mengenai "ada"nya diri kita pada satu kalimat tersebut tapi lebih dari itu kita sudah tertampar dan tercabik.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh menunjukkan relasi kausalitas. Peribahasa tersebut secara sederhana menjelaskan bahwa kita bersatu karena kita teguh dan sebab kita runtuh adalah karena kita bercerai. Berangkat dari plesetan yang merujuk pada bermain kata-kata agar menjadi sebuah frase atau kata baru yang lebih menarik, mari kita sedikit bermain kata.

Jadi jika disubtitusikan setiap kata-kata pembentuknya, antara peribahasa dengan plesetannya adalah frase "bersatu kita teguh" tidak mengalami perubahan pada frase plesetan. Lalu frase "bercerai kita runtuh" digantikan dengan frase "Bercerai kita ulah ormas". Jadi jika--menggunakan metode utak-atik gathuk --dipisahkan dan dianalogikan setiap katanya, "bercerai - kita - runtuh" sama dengan "bercerai - kita - ulah ormas".

Dapat dilihat bahwa padanan kata runtuh--antara pribahasa dan plesetannya--adalah ulah ormas. Oleh karena itu dapat kita tarik kesimpulan pemaknaan dari plesetan tersebut adalah kritik sosial yang secara kasar bisa dikatakan "untuk mengupdate" peribahasa lama yang mungkin relevansinya kurang untuk menanggapi fakta-fakta sosial yang terjadi dewasa ini.

Ulah menurut KBBI Dalam Jaringan adalah ulah n tingkah laku, tindakan, sikap (menyalahi norma, aturan, adat): faktor lain penyebab merajalelanya korupsi itu adalah -- pelakunya yg kurang bertanggung jawab;

Penjelasan menurut arti kata ini membuat kita dapat menarik benang merah bahwa ketika ada suatu ormas tertentu yang berulah maka ormas tersebut telah melakukan kerja  ber·u·lah yang artinya v bertingkah laku, bertindak, bersikap (menyalahi norma, kaidah, adat). Lalu apa gunanya taat beragama jika bertingkah laku, bertindak dan  bersikap yang menyalahi norma, kaidah bahkan adat?

Indonesia Sebuah Anomali

Indonesia itu memang penuh anomali dan konteks. Kulturnya yang Bhineka seharusnya justru makin membuat kita manunggal dalam toleransi. Aneh jika kita tidak terbiasa dengan perbedaan bahkan cenderung selalu mendebat dan mengutuknya. Beda itu bukan suatu kesalahan dan penyamaan bukanlah jalan keluar. 

Beberapa hari yang lalu terdengar berita tentang polwan-polwan yang baru saja berjilbab, eh waktu perayaan natal justru malah memakai topi dan baju santa. Sangat disayangkan bahwa berita macam ini diangkat ke publik dengan kacamata yang kurang menunjukkan toleransi atas keadaan multikultur yang kita miliki. Seharusnya kita terbiasa menanggapi masalah seperti ini. Karena bisa di lihat,direfleksikan kalau perlu dan mau. Di sekolah katolik atau kristen, biasanya tetap disediakan mushola. Sementara tidak bisa kita jumpai kapel kecil berdiri di tengah tengah sekolah negeri biasa yang notabene bukan sekolah islam tapi sekolah negeri atas nama bangsa Indonesia yang multikultur dan multireligi. Seorang teman dengan sudut pandang kepercayaan tertentu mengatakan bahwa peristiwa ini menggambarkan keadaan negeri yang menyedihkan. Jangan salahkan nusantara, yang menyedihkan bukan negaranya tapi manusianya. Karena para penyelenggara negara itu dan karena manusia yang membayangkan Indonesia seolah-olah sama dengan bangsa Arab sana. Menteri agama yang seharunya merangkul semua agama di Indonesia malah bersikap diskriminan terhadap salah satu agama. Pernyataan dan tanggapannya terhadap kepolisian itu sangat kurang Tunggal Ika. Mohon maaf, jika tidak ingin melihat fenomena multikultur, janganlah hidup di Indonesia, jadi menteri pula. 

Mengertilah bahwa ada 6 agama diakui, ada beratus kepercayaan dari beribu suku bangsa di jagad nusantara ini. Yah, sudahlah, entah mengapa, menteri agama juga selalu orang Islam. Di Indonesia, muslim itu sudah mayoritas, kurang apa lagi, masih ingin mendominasi?. 

Ingat, jika bercerai kita......"runtuh"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar