Rabu, 25 Desember 2013

Tafsir Tiga Kata - Jauh di Mata Dekat di Korup

Refleksi

Refleksi, sebuah kata yang banyak diucapkan menjelang tutup tahun. Banyak mereka yang bilang akhir tahun adalah saat yang tepat untuk berefleksi atau bercermin pada diri sendiri. Padahal berrefleksi sangat berbeda dengan bercermin walaupun pada diri sendiri sekalipun. Analoginya tentu kita semua pernah bercemin.  Kita bercermin pada sebuah cermin, kaca atau apapun yang bisa memantulkan bayangan diri kita. Hampir setiap saat hendak pergi menemui kerabat atau kekasih kita pasti bercermin untuk melihat sudah baikkah penampilan kita. Ketika bercermin, bayangan yang terpantul dalam cermin hanya bayangan kita, penampilan kita secara denotasi.Terlihat pakaian, celana, warna bibir, model sepatu, gaya rambut dan apapun yang pada saat itu melekat pada diri kita. Bercermin hanya mengizinkan kita untuk melihat apa yang tampak terlihat oleh mata. Sementara dalam berefleksi bayangan diri kita yang terpantul tidak hanya bayangan diri yang kasat mata tapi lebih dalam dan lebih lebur. Menyangkut ranah kognitif, perasaan, hati nurani, afeksi, dendam dll. Seharusnya sebagai bangsa yang sering menjadikan refleksi sebagai acara tutup tahun, bangsa kita dapat lebih mengerti makna atau hakekat sesuatu dengan lebih bijak, pikiran terbuka, jernih, kritis tapi membangun dari dalam. Tapi pada kenyataannya setiap tahun refleksi kita terbukti hanya sia-sia. Mengapa? Karena kita hanya menjadikan refleksi sebagai "supaya ada status facebook tahun baru?" atau karena kita masih sekedar "bercermin"?. Mari refleksikan.

Jauh di Mata dekat di Korup



Sayangnya gotong royong tersebut sampai ke korupsi. Jauh di Mata dekat di Korup adalah kalimat poster yang sangat menggugah jika direfleksikan. Mengapa? Karena hal inilah yang terjadi pada bangsa ini. Sebuah ironi di bangsa sendiri yang mempunyai azaz gotong royong sebagai alat pemersatu. Gotong royong dalam hal apapun tentu telah menjadi kebudayaan. Azaz ini terbukti dapat mendekatkan yang jauh dari segi keakraban, kerjasama dan rasa-rasa komunal yang terjalin tapi sayangnya korupsi pun digotongroyongkan. Ingat Iwan Fals lewat lagunya yang meneriakkan korupsi terjadi sampai kelurahan? Ya, hal itu masih banyak terjadi sampai saat ini. Ada suatu desa di Pemalang, Jawa Tengah yang masih tercium praktik-praktik semacam ini. Korupsi kecil-kecilan yang terjadi persis seperti "Jauh di Mata dekat di Korup". Masing-masing pihak atau individu yang korupsi memang biasanya tidak saling mengenal baik secara personal, bahkan mungkin tidak pernah saling bertemu tapi diam-diam mereka bekerjasama (kongkalikong) saling melindungi dengan azaz gotong royong untung sama untung untuk menggelapkan aliran-aliran dana dari pemerintah yang seharusnya digunakan untuk pembangunan desa. Tak sedikit warga yang tahu bahwa beberapa kelompok atau individu melakukan korupsi tapi fakta sosial yang terjadi warga lebih memilih untuk menggunjingkannya di belakang (ngrasani) dan tidak melapor atau menegur secara langsung untuk menghindari konflik terbuka.

Lalu sangat manusiawi jika sebagai manusia kita mempunyai cita-cita atau keinginan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam hidup. Tentunya untuk mencapai singgasana kehidupan itu jalan yang dilewati tidaklah selalu mulus. Jauh di Mata dekat di Korup juga dapat direfleksikan untuk menerawang jauh ke dalam diri kita pada ranah mencapai tujuan hidup ini. Tidak sedikit dari masyarakat kita yang sangat ingin segera cepat-cepat mendapat tujuan-tujuan hidupnya, berbagai cara menjadi halal untuk ditempuh. Termasuk korupsi. Korupsi yang terjadi bukan hanya perihal mencuri uang lagi, tapi penyalahgunaan wewenang yang akhirnya menjadi lahan untuk korupsi. Karena dengan "memanfaatkan wewenang" jalan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang  tadinya buntu bisa langsung dengan sekejap mata terbuka lurus dan mulus. Jadi walaupun cita-cita, tujuan-tujuan itu masih jauh dan jalannya masih panjang yang kita sering pikirkan (secara jauh dan baik) bukan tentang bagaimana cara-cara yang baik untuk menggapainya tetapi pikiran kita (lebih dekat) ke cara-cara instan untuk sampai ke sana.

Jauh di Mata Dekat di Korup bukanlah sebuah kata-kata biasa. Ia bisa dihidupkan dalam diri sebagai api pemantik refleksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar